Andre Rosiade, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, menunjukkan bahwa Anies Baswedan, kandidat nomor urut satu, berbicara tentang hilangnya etika. Kemudian Andre mengungkit Anies yang gagal memenuhi janjinya untuk tidak nyapres jika Prabowo Subianto maju sebagai capres.
Andre juga berbicara tentang dukungan Prabowo terhadap Anies di Pilgub DKI, yang sekarang menjadi modal maju capres. Kemudian Andre mempertanyakan moral Anies yang tidak melakukan apa yang dia katakan.
Menurutnya, kedua orang ini lupa bahwa Pak Prabowo adalah orang yang mengusungnya untuk menjadi gubernur DKI, dan itulah yang membuatnya menjadi capres saat ini.
Tidak ada yang melarang Pak Prabowo untuk maju sebagai calon presiden, tetapi dari perspektif etika, Mas Anies, Mas Anies menguliahi etika Pak Prabowo, tetapi tidak melakukan apa yang dibicarakan. Andre menambahkan, “Saya ingatkan lagi, Mas Anies bahkan tidak pamit kepada Pak Prabowo.”
BACA JUGA : Prabowo Balas Tegas Komentar Anies : Saya Tidak Takut Tidak Memiliki Jabatan
Andre menyindir Anies karena dia membedakan antara ingatan dan kebenaran. Sejauh ini, Andre menganggap Anies hanya pandai merangkai kata-kata.
Menurutnya, “Jadi sekali lagi, kadang-kadang orang itu memang mudah, kalau mulutnya manis, pandai merangkai kata-kata itu enak lidah, tapi ternyata antara fakta dan ingatan kadang-kadang berbeda.”
Ketua DPD Gerindra Sumbar ini menambahkan, “Mas Anies, Mas Anies, etika jangan hanya dijadikan bualan retorika.”
Andre berharap pendukung Anies mengerti posisinya saat ini karena Anies hanya mementingkan keinginan untuk mendapat kekuasaan sampai lupa sejarah dan menyerang mereka yang mendukungnya.
Sebelum ini, Anies berbicara tentang orang dalam di Indonesia dalam debat pemilihan presiden pertama, menyatakan bahwa hal itu dapat merusak etika.
Kita menghadapi fenomena ordal (orang dalam) di seluruh Indonesia. Di panggung debat di Kantor KPU di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023), Anies menyatakan bahwa jika seseorang ingin masuk ke kesebelasan, menjadi guru, masuk sekolah, dan mendapatkan tiket konser, ada aturan yang menghambat meritokrasi dan merusak etika.