Pasang Iklan di Buletinkompas.com
Jusuf-Kalla-Nyatakan-Dukung-Anies-Baswedan
Jusuf-Kalla-Nyatakan-Dukung-Anies-Baswedan

Menerka Efek Dukungan JK Ke Elektoral Anies, Ga Ngaruh Bayak Tuh

Sementara pemilu 2024 semakin dekat, dukungan untuk pasangan presiden dan cawapres terus berlanjut. Dengan lebih banyak orang yang mendukung, kepercayaan diri meningkat. Akibatnya, dukungan dari banyak pihak sangat diharapkan.

Akhir-akhir ini, Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan 12 Republik Indonesia, secara resmi menyatakan dukungannya kepada pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. JK tidak resmi menyatakan pendirian politiknya setelah beberapa lama berdiam diri.

Diperkirakan bahwa keputusan JK akan berdampak pada pemilihan di wilayah Indonesia timur, terutama di Sulawesi Selatan (Sulsel). Dengan menjadi tokoh nasional yang berkiprah dalam politik dan ekonomi nasional, JK memiliki kekuatan yang signifikan secara elektoral.

Dua kekuatan politik utama yang akan berjuang di Indonesia bagian timur adalah Andi Amran Sulaiman dan JK. JK berada di gerbong AMIN, sedangkan Andi Amran diwakili oleh Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Menteri Pertanian Andi Amran adalah pendukung politik Prabowo-Gibran. Kondisi ini dapat mengimbangi suara pemilih di wilayah timur, terutama Sulsel, dan membentuk dua poros kekuatan.


BACA JUGA : SBY Turun Gunung Dukung Prabowo, Sebut Dapat Dukungan Kuat Di Solo Raya

Selain memiliki basis yang kuat di bagian timur Indonesia, terutama Sulawesi Selatan, JK masih menjabat sebagai ketua umum Dewan Masjid dan ketua Palang Merah Indonesia. Akibatnya, senioritas dan ketokohan JK juga akan memengaruhi elektabilitas Amin.

Akibatnya, dengan ketokohannya yang sudah dianggap sebagai bapak bangsa, JK dapat membantu Amin dalam membahas masalah strategis. Akibatnya, dengan kehadiran JK, visi dan inisiatif Amin dapat lebih matang.

Sebaliknya, tidak dapat dianggap remeh jumlah pemilih yang masih bebas. Ini mengingat kekuatan arus informasi dan daya jangkau media ke wilayah. Bagi pemilih ini, suara tokoh, figur, atau idola hanyalah referensi tambahan daripada referensi utama.

Pada kontestasi pemilihan presiden, pemilih akan lebih cenderung mengutamakan perspektif pribadi kandidat. Kekuatan pribadi masing-masing kandidat tetap menjadi faktor utama.

Jika kandidat dapat memikat pemilih sesuai dengan karakter mereka, pemilih mungkin tidak memilih orang yang didukung idolanya.

Tapi lima atau sepuluh tahun yang lalu, JK tidak memiliki kekuatan yang sama, terutama saat dia menjadi presiden. Seiring kehadiran figur baru yang lebih muda, seperti Amran, sebagai menteri pertanian, kekuatan politik di timur mulai menyebar.


BACA JUGA : Beberapa Pelaku Startup Jawa Barat Gabung Gaspol Bro Jabar Dukung Prabowo-Gibran

Loading

Silahkan Telusuri

Franz Magnis Suseno: Pemilu 2024 adalah yang Terburuk dalam Sejarah Indonesia

JAKARTA, BuletinKompas – Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Franz Magnis-Suseno menilai, Pemilihan Umum …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *