Dunia bisnis mulai menyadari seruan untuk memboikot barang Israel yang diduga terafilisasi. Menurut Roy Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo),
Roy menyatakan bahwa penjualan berbagai barang yang disebut terafiliasi dengan Israel tersebut turun 40-45%, yang menyebabkan penurunan produksi.
BACA JUGA : Bicara Dengan Presiden Arab, Presiden Jokowi Minta Penurunan Harga Minyak
Produk yang disebut memiliki hubungan dengan Israel termasuk produk makanan dan non makanan. Konsumen barang (FMCG) yang bergerak cepat adalah produk yang paling terpengaruh oleh ajakan boikot. “Secara keseluruhan, kita melihat penurunan antara 15 dan 20 persen. Itu penjualan retail,” tambahnya.
Namun, Roy berpendapat bahwa ajakan boikot akan berdampak pada sektor hulu atau industri manufaktur yang memproduksi barang FMCG jika berlangsung lebih dari tiga bulan. Karena itu, tingkat permintaan terhadap produk yang diduga terafiliasi Israel akan menurun, yang pada gilirannya akan mengurangi produktivitas perusahaan.
Hal ini dapat menyebabkan efek berganda, seperti penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 dan efisiensi jumlah tenaga kerja, atau PHK.
BACA JUGA : Bos BI Sebut Ekonomi Indonesia Masih Akan Bertumbuh Sekitar 5% Sampai 2025