Pasang Iklan di Buletinkompas.com
Jack-Ma-Alibaba
Jack-Ma-Alibaba

Perusahaan Alibaba Milik Jack Ma Hadapi Krisis

Alibaba merupakan perusahaan paling besar di Asia pada awal dekade ini. Namun, kini perusahaan itu dinilai beberapa pihak sedang dalam fase kritis. Ada apa gerangan?

Perusahaan teknologi yang menyediakan layanan e-commerce buatan Jack Ma tersebut kini sedang berusaha mempertahankan statusnya sebagai perusahaan teknologi top di China dari upaya restrukturisasi yang dimulai dari Maret 2023 lalu.

Kabarnya, restrukturisasi Alibaba menjadi enam bisnis di bawah CEO yang terpisah belum berjalan sesuai rencana, seperti di lansir Business Insider.

Tanda-tanda restrukturisasi Alibaba tidak berjalan lancar adalah ketika mengumumkan keuntungan pada September 2023 lalu, Alibaba mengatakan bahwa mereka tidak lagi sepenuhnya memisahkan cabang cloudnya. Langkah ini juga dipicu oleh pembatasan AS atas ekspor chip komputasi canggih ke China.

Perlu diketahui, Alibaba membawahi beberapa platform e-commerce seperti Tmall dan Taobao. Alibaba juga mengembangkan segala sesuatu di dalamnya mulai dari menghadirkan layanan penyimpanan data cloud, logistik, sampai hiburan.

Restrukturisasi Alibaba secara radikal juga membuat fokus perusahaan tersebut terpecah. Hal ini menghalangi upaya Alibaba untuk menyingkirkan pesaing dari lini bisnis serupa yaitu TikTok atau yang dikenal sebagai Douyin di China.


BACA JUGA : Pelni Buka Suara Terkait KPK Usut Kasus Asuransi Kapal

Alibaba mencapai keuntungan puncaknya selama pandemi dengan nilai USD 800 miliar atau sekitar Rp 12,4 triliun. Hal ini membuatnya disebut sebagai Amazon versi China.

Sebelumnya, Alibaba merupakan perusahaan yang berhasil tumbuh di tengah tekanan regulasi pemerintah China. Pada 2021, Alibaba sempat kena denda USD 2,8 miliar atau sekitar Rp 33 triliun. Denda tersebut dijatuhkan usai penyelidikan anti monopoli terhadap Alibaba. Ini menyusul kritik tajam Jack Ma pada sistem keuangan pemerintah China yang membuat pemerintahan Xi Jinping marah.

Di awal Desember silam, ketika nilai pasar Alibaba merosot jadi sekitar USD 187 miliar di Hong Kong, PDD Holdings ditutup hampir 2% lebih tinggi di New York, mencapai USD 188,3 miliar. Artinya, Alibaba telah disalip saingannya Pinduoduo dari status e-commerce terbesar di China.

Jack Ma pun secara mengejutkan menghadiri forum internal Alibaba untuk mengakui kebangkitan PDD dan meminta karyawan Alibaba yang berjumlah besar untuk memperbaiki arah dan mendapatkan kembali momentum.

“Setiap perusahaan besar lahir di musim yang sulit. Seiring dengan dimulainya era AI untuk e-commerce, ini menjadi kesempatan bagi semua orang sekaligus menjadi tantangan,” kata Ma.


BACA JUGA : Pajak 40-75%, Hotman Paris Sentil Kritik Penetapan PBJT

Loading

Silahkan Telusuri

Hari Kedua di Sulsel, Jokowi dan Iriana Cek Pasar Cekkeng Bulukumba

JAKARTA, BuletinKompas – Mengawali kegiatan kunjungan kerja hari kedua di Provinsi Sulawesi Selatan, Presiden Joko …