Pasang Iklan di Buletinkompas.com

Petugas KPPS di Garut Masuk Rumah Sakit Jiwa Karena Diduga Mengalami Tekanan dari Pemantau

Seorang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bandung berusia muda dan berjenis kelamin laki-laki.


Petugas KPPS sebelumnya mengalami gangguan setelah mengalami tekanan pemantauan selama tugasnya.
Seorang anggota staf KPPS yang bekerja di salah satu TPS (Tempat Pemungutan Suara) di wilayah Kecamatan Wanaraja dirawat di rumah sakit jiwa di Garut, menurut Dian Hasanudin, Ketua KPU Garut, Senin (26/2).


Petugas KPPS yang harus dirawat di rumah sakit jiwa berjenis kelamin laki-laki, kata Dian.dan dia sangat muda.

Baca Juga : Soal Hak Angket, Syarief Hasan: Wacana pengajuan hak angket bersifat kontraproduktif dan tidak perlu.


Menurut informasi Dian, petugas KPPS itu memiliki riwayat penyakit kejiwaan.
Dian mengatakan bahwa petugas KPPS itu bekerja seperti biasa sebagai anggota KPPS pada hari H kegiatan pencoblosan pada tanggal 14 Februari 2024. Sampai kemudian, diduga tekanan dari pemantau menyebabkan penyakitnya kambuh.

Jadi, ada garis keturunan dan garis keturunan. Informasi yang dia dapatkan di hari H mungkin karena tekanan dari orang yang mengawasinya. Ada tekanan, dan setelah pencoblosan selesai, penyakitnya kembali.

Dian mengatakan bahwa ketika dia bertemu dengan banyak orang, dia mengalami trauma.
Laporan kejadian itu diterima KPU pada H+2 atau H+3. KPU kemudian memutuskan agar petugas KPPS itu dirawat di fasilitas kesehatan terdekat sampai keluarga membawanya ke Puskesmas Wanaraja untuk mendapatkan perawatan.

dari puskesmas hinggaDian menyatakan bahwa dia dibawa ke Bandung oleh keluarga dan pemerintah desa untuk mendapatkan perawatan tambahan.


Saat ini, petugas KPPS itu dirawat di rumah sakit jiwa di Bandung. Dian mengatakan, “Kita pastikan yang bersangkutan dalam proses tersebut biayanya dicover oleh pemerintah karena yang bersangkutan memiliki BPJS.”

Loading

Silahkan Telusuri

Franz Magnis Suseno: Pemilu 2024 adalah yang Terburuk dalam Sejarah Indonesia

JAKARTA, BuletinKompas – Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Franz Magnis-Suseno menilai, Pemilihan Umum …