Pasang Iklan di Buletinkompas.com
Bintik merah pada tangan dan kaki seorang balita, salah satu gejala dari penyakit Flu Singapura atau HFMD rentan meningkat saat mudik Lebaran 2024. (Dok. BuletinKompas.com)

Waspada Flu Singapura atau HFMD dan Penyebarannya Saat Musim Mudik, Antisipasinya?

JAKARTA, BuletinKompas – Kasus penyakit Hand, Foot, Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) yang orang awam kenal dengan istilah flu Singapura pada awal tahun ini menjadi sorotan di Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat ada 6.100-an kasus HFMD dari awal hingga akhir Maret 2024. Sebagian besar kasus terjadi pada usia anak dan sedikit sekali pada orang dewasa.

Kasus HFMD terbanyak ada di Pulau Jawa. Ditilik per provinsi tertinggi adalah Jawa Barat (2.100), Banten (1.100) disusul DI Yogyakarta (561).

Bila menilik tahun-tahun sebelumnya, data Kemenkes RI pada 2019 mencatat ada 11 ribu kasus HFMD. Pada 2020 terjadi penurunan drastis kasus HFMD sebanyak 5.200 karena situasi pandemi COVID-19 menurunkan interaksi di masyarakat.

Lalu, pada 2021 tercatat ada 5.400-an kasus. Kemudian, pada 2022 ada 8.100 kasus HFMD. Disusul pada 2023 tercatat 11.000-an kasus HFMD.

Melihat ada tren ada peningkatan kasus di tiga bulan pertama 2024, Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penularan flu Singapura atau HFMD.

“Kalau dalam 3 bulan (Januari – Maret 2024) ada 6 ribuan kasus, bisa menjadi 24 ribu kasus (dalam setahun). Maka kita melihat tren peningkatan kasus,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid lewat sambungan telepon kepada buletinkompas.com pada Jumat, 5 April 2024.

Adanya tren kenaikan ditambah mobilisasi tinggi saat mudik Lebaran, Nadia meminta masyarakat untuk lebih waspada terhadap flu Singapura. Terlebih penyakit ini memiliki kecepatan penularan yang tinggi meski jarang menyebabkan sakit berat.

“Ada tren peningkatan, ditambah mudik, ditambah libur panjang itu berpotensi sekali terjadi peningkatan kasus flu Singapura,” tutur Nadia lagi.

Hal senada juga disampaikan anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Profesor Edi Hartoyo. Peningkatan risiko seseorang terkena HFMD lebih tinggi terjadi pada yang mudik menggunakan transportasi umum.

“Kalau soal berpotensi memperluas (penularan), bisa iya. Apalagi kalau kita menggunakan sarana transportasi umum,” kata Edi dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).

Loading

Silahkan Telusuri

Kasus Subvarian Covid KP Melonjak di Singapura, Namun Belum Ditemukan di RI

JAKARTA, BuletinKompas – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) memastikan bahwa subvarian virus corona (Covid-19) KP.1 …